Selasa, 10 Februari 2015

TRAGEDI KROMOMEDJO



 Pacitan, klepukelis.blogspot.com--Peristiwa geger Gunung Slurung terjadi pada tahun 1930. Kromomedjo  yang berasal dari desa Klepu, memimpin warga sekitar untuk menentang program pemerintah Kolonial Belanda “cacah jiwo” baca sensus penduduk . 

Diceritakan, pada masa itu kehidupan masyarakat desa Klepu sangat terisolasi dari dunia luar. Kebanyakan masyarakatnya “buta huruf” karena memang tidak ada guru dan tempat untuk belajar baca tulis, andaikata ada itupun hanya terdapat dikota-kota besarnya setingkat kota kabupaten atau kawedanan.

Sosok Kromomedjo yang berani menentang penguasa, berawal dari salah paham dalam memaknai arti kata cacah jiwa. Cacah jiwa yang juga biasa di ucapkan pencacahan jiwa oleh kebayakan orang desa dipahami oleh Kromomedjo  bahwa jiwa pendunduk akan disakiti. 

Kromomedjo memiliki sifat keras kepala, pemahamannya  yang keliru mengenai cacah jiwa pantang dikoreksi oleh orang lain. Hingga pada hari yang telah ditentukan didampingi kedua saudaranya Kromomedjo berangkat menuju hutan Gunung Slurung. Sepanjang perjalanan mereka juga mampir kerumah warga sekitar dan mengajak untuk mengikutinya.  Puluhan orang berhasil mereka ajak untuk bersembunyi dan menghidari cacah jiwa.

Penolakan Kromomedjo dan pengikutnya terhadap kegiatan pencacahan jiwa itu, terdengar juga oleh  Bupati Pacitan di masa itu   R. Adipati Harjo Tjokronegoro I. Mengetahui  laporan jika di desa Klepu ada sebagian masyarakatnya yang menentang kegiatan sensus pencacahan jiwa, Bupati beserta jajarannya didampingi tentara turun langsung ke Desa Klepu untuk mengetahui duduk permasalahannya.

Setelah sampai di lokasi persembunyian Kromomedjo yaitu disebuah sebuah goa didalam hutan sebelah utara Gunung Slurung, Bupati R. Adipati Harjo Tjokronegoro I mendekati mengajak bicara Kromomedjo untuk diajak kembali kerumahnya dan diharapkan mengikuti  pencacahan jiwa. Tetapi kromomedjo tetap bergeming dengan keputusannya tidak mau dicacah jiwa. Tidak cukup menolak ajakan dari orang nomor satu di Kabupaten Pacitan ini, kromomedjo malah mengayun-ayunkan sebilah keris yang dikenal dengan keris condong campur ke para pejabat Pemda Pacitan kala itu. Hingga pada satu kesempatan kerisnya mengenai Bupati Pacitan R. Adipati Harjo Tjokronegoro I. Tindakan Kromomedjo yang telah melukai penguasa Kabupaten Pacitan ini membuat marah para tentara pengiringnya. Diberondonglah kromomedjo dengan tembakan oleh para tentara itu, tetapi kromomedjo ternyata kebal senjata api, berondongan peluru tersebut menewaskan kedua saudara Kromomedjo seketika, sedangkan Kromomedjo sendiri tetap segar bugar. Karena tidak mempan senjata api maka di ringkuslah Kromomedjo sampai tidak bisa melakukan perlawanan dan setelah memberitahu kelemahan barulah Kromomedjo bisa habisi.


# diolah dari berbagai sumber








Tidak ada komentar:

Posting Komentar